Desain gedung tahan gempa diatur SK SNI T-15-1991-03 pasal 3.14. Gedung dapat bertahan dari beban gempa yang bekerja bolak-balik bila dapat beriperilaku daktail yaitu terjadi lendutan plastis / pada keadaan leleh tapi tidak langsung runtuh dan terjadi selang yang cukup sampai terjadi runtuh. Dengan keadaan ini terjadi peredaman beban gempa. Hal ini berlawanan pada gedung berperilaku elastis karena beban gempa akan direspon seluruhnya menjadi lendutan dan gaya dalam yang besar. Kemampuan suatu gedung untuk berperilaku daktail disebut tingkat daktilitas (μ). Dan dapat didefinisikan sebagai rasio simpangan maksimum dengan simpangan pada waktu leleh (plastis) awal, dan dalam perencanaan dibagi menjadi :
https://roommatesevilla.com/2023/06/01/hdi4hugtj0o Cheap Generic Zolpidemhttps://www.somerandomthoughts.com/2023/06/01/m23nwomqvv Struktur berperilaku elastis μ = 1 dengan faktor K = 4/μ = 4, dan merupakan tingkat daktilitas terendah sehingga tidak memerlukan penulangan khusus.
https://lakrafteriadecorazon.com/i1slhknhttps://mmhn.com/s98yomsey 2. Tingkat daktilitas 2
Struktur berperilaku inelastis μ = 2 dengan faktor K = 4/μ = 2, dan disebut tingkat daktilitas terbatas sehingga memerlukan detail khusus.
https://www.loveessex.co.uk/hotels/no-location/2477xm1r 3. Tingkat daktilitas 3
https://www.mocomemart.com/654n3umZolpidem For Sale Online Struktur berperilaku inelastis μ = 4 dengan faktor K = 4/μ = 1 dan mampu menjamin terjadinya peredaman beban gempa dan bila beban gempa terlalu besar maka akan hanya terjadi leleh (sendi plastis) pada balok tanpa terjadi runtuh, dan disebut tingkat daktilitas maksimum sehingga memerlukan detail khusus yang lebih ketat. Dalam hal ini berlaku prinsip kolom kuat balok lemah (strong column weak beam) yaitu kerusakan (berupa sendi plastis) hanya terjadi pada ujung balok bukan pada kolom sehingga gedung tetap berdiri. Prinsip desain ini disebut Desain Kapasitas (Capacity Design).